MEDIABUMN.COM, Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa kinerja intermediasi perbankan masih menunjukkan pertumbuhan positif dengan profil risiko yang terjaga di tengah sentimen terhadap kondisi perekonomian global.
Dirinya menjelaskan bahwa secara umum, kinerja Bank BUMN pada posisi Juni 2025 dinilai stabil, yang tercermin dari aspek likuiditas dan permodalan Bank BUMN yang telah memenuhi ketentuan OJK serta sesuai dengan standar internasional (international best practices).
“Intermediasi Bank BUMN pada Juni 2025 menunjukkan peningkatan, yaitu penyaluran kredit tumbuh sebesar 7,35% (yoy) menjadi Rp3.714,35 triliun dengan kualitas kredit yang terjaga baik, serta pertumbuhan DPK sebesar 10,56% (yoy) menjadi Rp4.228,32 triliun,” ungkap Dian dalam pernyataan tertulisnya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dian sebagai respons terhadap pertanyaan mengenai kinerja bank swasta yang cenderung lebih baik dibandingkan bank plat merah pada semester I/2025.
Sebagai catatan, laba bersih salah satu bank BUMN, yaitu BNI, pada semester I/2025 terpantau menyusut, dengan capaian sebesar Rp10,1 triliun atau turun 5,6% (yoy), sementara laba bersih BNI pada periode yang sama di 2024 mencapai Rp10,69 triliun atau tumbuh 3,8% (yoy).
Meskipun ada catatan tersebut, Dian menekankan bahwa tingkat profitabilitas (Return on Asset/ROA) Bank BUMN masih memadai, dengan pencapaian laba sebesar Rp60,42 triliun serta mencapai target Rencana Bisnis Bank (RBB) yang telah ditetapkan.
Menurutnya, kondisi yang ada menunjukkan kinerja yang tetap resilien dan stabil, serta likuiditas yang tetap terjaga, yang tercermin dari Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) yang masing-masing berada pada rentang 129,80-187,04% dan 110,37-143,02%, alias berada di atas ambang batas 100%.
“Ketahanan Bank BUMN juga tetap kuat, tercermin dari permodalan (CAR) yang memadai, menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global. OJK memproyeksikan bahwa kinerja Bank BUMN akan tetap terjaga ke depan,” tegasnya.
Tekanan Program Prioritas
Di saat yang bersamaan, kekhawatiran mengenai penurunan kinerja bank BUMN dipengaruhi oleh sentimen terhadap peran Himbara di masa depan dalam program-program unggulan pemerintah, termasuk Koperasi Merah Putih, MBG, dan 3 Juta Rumah.
Menanggapi hal ini, Dian menyatakan bahwa sektor perbankan, sebagai sektor dengan total aset terbesar di industri jasa keuangan, seharusnya memainkan peran yang signifikan dalam mendukung program-program pemerintah.
Oleh karena itu, pelaksanaan beberapa program unggulan pemerintah seperti Koperasi Merah Putih (KMP) yang didanai oleh pemerintah, 3 Juta Perumahan, serta Makan Bergizi Gratis (MBG), dapat dimanfaatkan oleh Himbara sebagai peluang untuk mengembangkan usaha, termasuk dalam hal penyaluran kredit dan pembiayaan yang efektif serta berkualitas.
“Kondisi likuiditas perbankan masih cukup dan dianggap memadai untuk mengantisipasi peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan guna mendukung berbagai program nasional,” tegasnya.
Namun demikian, Dian menekankan bahwa OJK tetap mengimbau industri perbankan untuk selalu memperhatikan prinsip manajemen risiko dan tata kelola yang baik dalam menjalankan aktivitas operasional perkreditan/pembiayaan saat berpartisipasi dalam program tersebut, sehingga kinerja bank dapat terjaga dan terus tumbuh dengan baik. []