GLOBALBUSINESS.ID, Jakarta – Pertumbuhan Ekonomi RI (Republik Indonesia) tampak mulai membaik semenjak badai pandemi mereda.
Hal itu diketahui dari data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi hingga September 2021 mencapai 3,51 persen secara tahunan (YoY).
Jumlah itu meningkat drastis jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang pertumbuhannya minus hingga 3,49 persen.
Kepala BPS RI, Margo Yuwono mengatakan, jika melihat pertumbuhan ekonomi secara per kuartal, kenaikannya sebesar 1,55 persen dibanding kuartal II (April-Juni).
“Nilai pertumbuhan ini dihitung sesuai dengan besaran produk domestik bruto (PDB) di kuartal III 2021,” jelas Margo Yunowo, Jumat (5/11/2021).
Menurut Margo, peningkatan sektor ekonomi ini juga terjadi di sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Pertumbuhan terbesar terjadi pada Singapura yang tumbuh 6,5 persen disusul Hong Kong tumbuh 5,4 persen, lalu China dan Amerika Serikat yang sama-sama tumbuh 4,9 persen.
Sementara Korea Selatan tumbuh sebesar 4 persen, dan negara-negara Uni Eropa tumbuh 3,9 persen.
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi kuartal III diprediksi bisa tembus di angka 4,3 persen, namun ternyata perkiraan itu belum tercapai karena baru menyentuh angka 3,51 persen.
Modal Penting Pertumbuhan Ekonomi RI 2022
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi ini membawa optimisme pada pemulihan ekonomi nasional.
Sri Mulyani tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021 ini bisa mencapai 4 persen yang didukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Hal itu mempertimbangkan pemulihan ekonomi yang juga terjadi di beberapa negara mitra bisnis Inonesia di Eropa, AS dan juga di kawasan Asia.
Sementara, Presiden Joko Widodo sebelumnya memprediksi ekonomi Indonesia di kuartal III 2021 akan lebih rendah dari kuartal II.
Sebab pada kuartal lalu, pertumbuhan ekonomi RI sempat melonjak di kisaran 7,07 persen yang juga menjadi angin segar bagi Indonesia dan terlepas dari resesi ekonomi.
Namun proyeksi di kuartal III terpaksa turun karena Indonesia mengalami lonjakan kasus covid-19, terutama karena masuknya covid-19 varian delta yang membuat gelombang kedua di Indonesia. []