GLOBALBUSINESS.ID, Jakarta – Kinerja bank digital di Indonesia beberapa waktu terakhir mulai menunjukkan perbaikan.
Pertumbuhan kinerja bank digital ini terlihat dari sejumlah aspek, di antaranya dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, pendapatan dan juga bersih.
Salah satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang akhirnya berhasil keluar dari kondisi rugi berkepanjangan dengan mencetak laba sebesar Rp86 miliar di tahun 2021.
Adapun total kerugian yang dialami Bank Jago selama kurun waktu 5 tahun mencapai Rp189,56 miliar.
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengatakan, untuk pertumbuhan kredit digital di bank ini juga meningkat 491 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp5,37 triliun dan DPK naik 357 persen menjadi Rp3,68 triliun.
Menurutnya, kerugian yang dialami beberapa tahun lalu karena pihaknya masih melakukan investasi, sementara pendapatannya masih sangat minim.
“di tahun 2021 keadaannya berbalik, Kami berhasil mengantongi laba bersih hingga Rp86,02 miliar,” jelas kata Kharim, Jumat (11/3/2022).
Kharim Siregar mengatakan dengan peningkatan kinerja ini, pihaknya menargetkan penyaluran kredit di tahun ini bisa naik di kisaran 30 persen hingga 40 persen.
STRATEGI DORONG KINERJA BANK DIGITAL
Peningkatan kinerja bank digital juga dialami oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), yaitu selama tahun 2021 perusahaan ini berhasil meraup laba hingga Rp196,86 miliar.
Laba Allo Bank ini meningkat drastis dari yang didapat sepanjang tahun 2020, yaitu hanya sebesar Rp37 miliar.
Bank digital ini juga berhasil meningkatkan penyaluran kredit, dana pihak ketiga dan nilai aset perusahaan.
Di tahun 2022, Allo Bank akan memanfaatkan ekosistem CT Group dan investor strategis lainnya dalam menjalankan bisnis keuangan digital agar pertumbuhannya semakin pesat.
Bos CT Group, Chairul Tanjung mengatakan dengan ekosistem yang luas, Allo Bank ditargetkan bisa punya 10 juta pelanggan di tahun pertama sejak aplikasi ini diluncurkan.
Menurutnya, target market dari layanan Allo Bank bukan hanya kalangan milenial tetapi tetapi semua segmen tanpa ada paksaan, tetapi dengan insentif seperti berbelanja di Transmart dapat diskon.
“Bahkan kami targetkan seminggu pertama setelah peluncurannya akan menjangkau 1 juta pengguna, dan dan setahun mencapai 10 juta karena customer yang kita bidik sangat luas,” jelasnya.
Jika Allo Bank dan Bank Jago sudah meraup cuan di tahun 2021, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) justru masih menanggung kerugian sebesar Rp642 miliar.
Meski begitu, kinerja bank digital ini sudah menunjukkan perbaikan, yaitu penyaluran kredit yang naik dari Rp 3,66 triliun menjadi Rp4 triliun secara tahunan.
Kemudian DPK Bank Neo juga naik menjadi Rp7,42 triliun dan nilai aset perusahaan naik menjadi Rp8,48 triliun.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan mengatakan pihaknya juga sudah berhasil menekan kerugian yang dialami di tahun lalu juga sudah menurun di Januari 2022 sebesar Rp159 miliar.
Untuk memacu kinerja Bank Neo, pihak perseroan di tahun ini akan memperkenalkan lebih banyak produk wealth management guna memenuhi kebutuhan investasi para nasabah.
Bank berkode BBYB ini akan mengenalkan produk reksadana, saham, asuransi, emas dan berbagai produk lainnya serta menyediakan platform komunikasi yang interaktif di aplikasi neobank. []