MEDIABUMN.COM, Jakarta – Ekspor baja dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan di pasar global.
Dengan kualitas produk yang sudah terjamin, ekspor baja dari Krakatau Steel berhasil menembus berbagai negara dan benua.
Di awal tahun 2022, Emiten berkode KRAS ini bahkan baru melakukan ekspor baja ke Negara Pakistan sebanyak 27 ribu ton jenis hot rolled coil (HRC).
Direktur Komersial Krakatau Steel, Melati Sarnita mengatakan ekpor baja ke Pakistan ini merupakan kali pertama dalam sejarah.
Selanjutnya, Krakatau Steel juga sedang melakukan ekspor baja HRC sebanyak 30 ribu ton ke Italia.
Menurut Melati, pihaknya memang tengah berupaya membuka beberapa pasar baru, seperti di Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, Asia Tenggara, hingga Benua Eropa.
“Sepanjang bulan Januari 2022, kami sudah mengirim produk ekspor sebanyak 63 ribu ton lebih. Kita memang sedang menggencarkan ekspansi untuk bersaing di pasar baru,” kata Melati saat dihubungi, Kamis (3/2/2022).
Selain ekspansi ke pasar baru, beberapa negara langganan Krakatau Steel seperti Australia dan Malaysia juga tetap dijaga agar kualitas produk dan jumlah konsumen tidak menurun.
Pihak perseroan pun berharap kinerja ekspor baja akan menopang target pemerintah, yaitu mencapai US$30 miliar sepanjang tahun 2022.
“Saat ini ekspor kita masih didominasi produk stainless steel, tapi untuk baja karbon, kita posisinya masih sebagai net importir,” jelasnya.
Dukung Kebijakan Positif
Melati yang juga menjabat Ketua Cluster Flat Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menjelaskan, selama bertahun-tahun Indonesia hanya menjadi pasar dari beberapa negara eksportir baja karbon.
Hal itu menyebabkan rendahnya utilisasi kapasitas produsen baja di Indonesia, yakni hanya di kisaran 50 persen.
Sebagai catatan, di tahun 2021, baja merupakan komoditas impor non migas terbesar kedua yang masuk ke Indonesia.
Sejumlah kebijakan perdagangan dan impor barang dari luar negeri saat masih dibahas oleh pemerintah dengan pihak-pihak yang berkaitan.
Melati berharap kebijakan baru soal impor dapat segera rampung dan akan memberi dampak positif di industri besi dan baja tanah air, sehingga jumlah produksinya bisa meningkat.
“Sebagai BUMN, kami memang mengutamakan kebutuhan dalam negeri dulu, bagu kemudian ekspor kita lakukan sebagai penyeimbang,” tutupnya. []