GLOBALBUSINESS.ID, Jakarta – Bisnis logistik terus mengalami tekanan dampak pandemi covid-19 yang hingga kini masih menebar ancaman.
Tidak sedikit pelaku bisnis logistik menatap pesimis akan keberlangsungan usahanya, sehingga kekuatan finansial menjadi kunci bertahan atau tidaknya usaha mereka.
Kinerja logistik memang terlihat mengalami penurunan, seperti yang dipaparkan oleh Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI).
Asosiasi tersebut memaparkan bahwa bisnis logistik khususnya transportasi forwarding dan warehouse pada triwulan II tahun 2020 kinerjanya merosot hingga 30,84 persen.
Menurut Yukki Hanafi selaku Ketua Umum ALFI mengatakan bahwa faktor utama merosotnya kinerja lantaran transportasi udara (pesawat) yang menjadi andalan transportasi andalan logistik mengalami kemerosotan.
“Kuartal II tahun ini bisnis logistik pada transportasi forwarding dan warehouse kinerjanya merosot hingga minus 30,84 persen,” ujar Yukki.
Meskipun kinerja terpuruk, lanjut Yukki, namun pada 2022 bisnis logistik domestik diproyeksikan akan rebound.
“Untuk market internasional diprediksi akan rebound pada tahun 2024,” tambah Yukki.
Dengan normalnya logistik di pasar internasional, tambah Yukki, maka yang menjadi solusi yaitu membidik market Asia khususnya Asia Tenggara.
Solusi tersebut wajib dilakukan oleh pemain bisnis logistik lokal mengingat adanya skema borderless di antara negara Asia Tenggara pada tahun 2025 yang tentu membuat market semakin kompetitif.
BISNIS LOGISTIS PERLU INOVASI
Menurut Yukki, ke depannya, bisnis logistik masih menyisakan pekerjaan yang harus diselesaikan, salah satunya yaitu terkait inovasi dan pelayanan.
Selain itu, tambah Yukki, setelah dilakukan sejumlah analisa, bisnis ini terdapat kelemahan pada packaging dimana hal tersebut menjadi mutlak untuk dilakukan perbaikan.
“Bukan itu saja, banyak pekerjaan lain seperti digitalisasi serta dukungan regulasi dari pemerintah,” kata Yukki.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa bisnis logistik terutama sektor logistik udara akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk rebound.
“Sekarang ini saja logistik via udara mengalami kemerosotan yang sangat dalam yaitu 80,23 persen,” ujarnya.
Kebangkitan sektor logistik internasional tentu masih terganjal dengan adanya kebijakan lockdown yang memang setiap negara memiliki kebijakan masing-masing. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap industri.
Tahun 2022 sektor logistik internasional diprediksi baru akan memasuki fase recovery, sejalan dengan industri pariwisata yang mulai meningkat.
“Transportasi udara tentu memberikan dampak besar terhadap keberlangsungan logistik secara keseluruhan baik itu operasional maupun pertumbuhannya,” ungkapnya.
Untuk itu, sambung Yukki, pemain pada industri logistik dirasakan perlu mendorong inovasi dan meningkatkan kualitas pelayanan di seluruh sektor.
“Dengan demikian ke depan bisnis ini akan kembali bangkit sesuai dengan harapan. Hal ini tentu diikuti dengan adanya sinergi yang baik antar pelaku usaha,” tutup Yukki. []