GLOBALBUSINESS.ID, Jakarta – Bandara Kertajati hingga saat ini tak kunjung ramai terlebih di masa pandemi Covid-19 yang memang membuat trafik penerbangan menjadi terbatas.
Sepinya Bandara Kertajati disebut salah satunya lantaran aksesnya yang sangat jauh dari Ibukota Jawa Barat yaitu Bandung, dimana membutuhkan waktu setidaknya 3 jam untuk sampai.
Sehingga membuat masyarakat lebih memilih terbang melalui Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng lantaran jarak yang ditempuh bisa kurang dari itu.
Lantas, bagaimana tanggapan pengelola Bandara Kertajati? Menurut Direktur Utama Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Salahudin Rafi, pihaknya mengiyakan bahwa kondisi bandara masih sangat sepi.
Menurutnya, hal ini lantaran akses tol yang belum rampung. Salahudin optimis apabila akses tol menuju bandara rampung maka lima hingga sepuluh tahun mendatang Bandara Kertajati akan ramai penumpang.
Seperti diketahui bahwa saat ini pemerintah tengah menggenjot akses menuju Bandara dari tol Cipali dan Cisumdawu bisa rampung secepatnya.
“Bandara Kertajati ada yang menyebut bak prasasti! Tentu jangan dilihat kondisi saat ini, tapi lima sampai sepuluh tahun mendatang trafiknya akan dahsyat,” pungkasnya.
Dengan adanya akses dari kedua tol tersebut (Cipali dan Cisumdawu), imbuh Salahudin, dipastikan akan mendorong mobilitas masyarakat dan tentunya ke depan Bandara Kertajati telah siap menerbangkan Jemaah haji.
“Kami menargetkan pada tahun 2022 akan ada 22 penerbangan per harinya. Jumlah tersebut sama seperti pada tahun 2019 silam sebelum adanya pandemi,” katanya.
SEPI, BUKAN HANYA BANDARA KERTAJATI!
Sepinya Bandara Kertajati yang terjadi saat ini diakui Salahudin lantaran masih nihilnya penerbangan, Namun Ia mengatakan bahwa bandara-bandara lain juga tentu pernah mengalami hal yang sama.
“Semua bandara di Indonesia bahkan di dunia pasti pernah mengalami hal ini,” ujarnya.
Salahudin menambahkan bahwa selama masa Pandemi, Bandara Husein Sastranegara di Bandung hanya melayani dua penerbangan dalam satu bulan.
“Ada juga bandara lain yang hanya melayani 1 sampai 2 penerbangan saja setiap minggunya. Hal ini juga berlaku di bandara-bandara negara lain lantaran pandemi,” terangnya.
Meskipun nihil penerbangan, namun Bandara ini tetap konsisten melakukan tugasnya sebagai air traffic control, kesigapan apparat selama 24 jam, kesigapan pengisian avtur dan pemadam kebakaran.
Menurut Salahudin, hal tersebut dikarenakan Langit Majalengka setiap harinya masih dilintasi sekitar 50 pesawat.
Apabila cuaca buruk, imbuh Salahudin, pihak bandara dengan sigap membantu bagi pesawat yang izin akan melakukan pendaratan darurat.
“Seperti pendaratan darurat pesawat militer AS belum lama ini yang melakukan pengisian bahwan bakar,” katanya.Lebih lanjut, Salahudin menilai kondisi Bandara ini nantinya bisa seperti Bandara Kualanamu di Medan, Sumatera Utara. Bandara tersebut terletak di area hutan sawit, namun sektor bisnis di sekitar bandara tumbuh tidak sampai lima tahun karena ada akses ke bandara. []