MEDIABUMN.COM, Jakarta – APBN defisit terjadi di tahun 2021 dengan jumlah yang terbilang sangat besar yakni mencapai Rp452 triliun.
Data APBN defisit ini dipaparkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Senin (25/10/2021).
Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sejauh ini realisasi atau penyerapan belanja APBN tahun 2021 per bulan September sudah mencapai 65,7 persen.
Jumlahnya setara dengan Rp1.806,8 triliun dari pagu total APBN 2021 yang
mencapai Rp2.750 triliun, dan tercatat turun 1,9 persen.
Sementara itu, penerimaan pajak di APBN tercatat sebesar Rp850,1 triliun, atau naik 13,2 persen, jumlah itu mencakup 69,1 persen dari target Rp1.229,6 triliun.
Kemudian pendapatan cukai naik 29 persen dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga naik 22,5 persen.
“Maka secara total APBN defisit hingga Rp452 triliun atau 2,74 persen dari PDB, sedangkan untuk pembiayaan anggaran saat ini telah mencapai Rp 621,9 triliun dari pagu 1.006,4 triliun,” jelas Sri Mulyani.
Ia menyebutkan, pembiayaan anggaran mencapai Rp 621,9 triliun atau 61,8 persen ini alami penurunan 20,7 persen dibanding tahun 2020.
Menurutnya APBN ini konsolidasi defisitnya menurun dan pembiayaan utang juga mengalami penurunan tajam.
Adapun dalam APBN 2021, semua komponen pajak mengalami perbaikan yang mayoritas dikontribusikan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri sebesar 13,9 persen.
Pajak Penghasilan (PPh 21) juga tumbuh cukup baik setelah tahun lalu mengalami kontraksi cukup dalam.
“PPN yang memberikan kotribusi hingga 13,9 persen di dalam negeri didukung pemulihan ekonomi yang kita akselerasi. Meski di hadapkan delta varian dan kenaikan kasus awal tahun 2021,” jelas Sri Mulyani.
APBN Defisit, Masih Optimis!
Lebih lanjut, Sri Mulyani Indrawati membeberkan bahwa belanja APBD dari Januari hingga September tahun ini masih terbilang rendah, bahkan masih minus 2,11 persen.
Menurutnya, realisasi pendapatan masih lebih besar dari pada serapan belanja APBD.
Meski mengalami kenaikan, kata Sri Mulyani, namun dana Pemda masih lebih rendah dibanding tahun lalu.
“Dana Pemda di bank memang mengalami kenaikan. Namun lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Sekarang naik lagi di Rp194,12 triliun per September,” katanya.
Meski demikian, jika dibanding 2 tahun terakhir ini simpanan Pemda Rp239 triliun tahun lalu tetap jadi persoalan dari sisi tadi jumlah simpanan.
Dimana pada akhir tahun simpanan Pemda di atas 90 triliun. Ini terus diobservasi untuk perbaiki cashflow baik pusat maupun daerah.
Lebih lanjut, realisasi penanganan COVID-19 di daerah dari alokasi umum mengalami kenaikan.
“Sedangkan untuk kenaikan ini kita lihat terjadi perbaikan untuk pembayaran terutama untuk tenaga kesehatan di daerah ini cukup baik Diharapkan terus terjaga,” katanya.
Meski APBN masih defisit, Sri Mulyani optimistis ekonomi Indonesia pada kuartal III akan tumbuh lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
“Kita optimis untuk kuartal tiga, outlook membaik jadi 4,3 peren,” tutupnya. []